Jumat, 06 Mei 2011

Cerpen Remaja

Keresahan yang berbuah pengharapan

Di pagi yang cerah dengan semilirnya hembusan angin beserta pancaran rona cerahnya sang mentari pagi, senanatiasa ada dalam benak jiwa serta raga yang merasakannya. Membuat sukma yang kian hampa tak bisa membendungnya, seakan hembusannya itu selalu menusuk jiwa dan mampu mengobati separuh nyawa yang hilang.
Tidak hanya dengan pria yang diketahui bernama Rio, ia merupakan salah seorang murid SMA Tunas Harapan yang mempunyai perawakan seadanya tetapi di balik ketidakmampuan dan keterbatasan yang menemani separuh harinya itu, ia memiliki suatu anugerah dari sang kuasa akan keabzahan otak yang dibilang sangat multi cerdas, ia tahu bahwa itu membuatnya akan sangat mengganggu dalam benak dirinya.
Ketika pelajaran telah usai, murid-murid senantiasa berlalu-lalang meninggalakan kelasnya, masing-masing ada yang berkunjung ke perpustakaan, ada yang main basket dan juga ada pula yang pergi ke kantin untuk mengisi perut serta menenangkan otak dengan bercengkrama satu sama lainnya, itu merupakan kegiatan para Siswa/i yang mengisi hari-hari mereka semua ketika tiba waktunya istirahat.
Seketika itu juga, tanpa terasa ada sesosok gadis remaja yang memandang akan keberadaan di hadapannya, Rio yang lagi duduk di bawah rindangnya pohon beringin, itu juga yang membuat Rio merasa sungguh tersipu malu dipandang oleh sesosok gadis yang terkenal mempunyai wajah yang begitu sangat menawan, sampai-sampai semua mata yang melihatnya akan diam seribu bahasa.
Hanya mata memandang seakan kian menusuk palung jiwa yang mampu mengutarakan apa yang Rio alami saat ini, sudut sekolah yang terasa gaduh menemani hari-harinya dan menyambung sebagian hidupnya yang teramat tidak adil dalam benaknya tersebut.
Tiba-tiba ada yang menegur sapa pada dirinya. Rio,”sedang apa kau” .
Kemudian tanpa ragu ia menjawabnya, ku lagi berteduh nih ” ucap Rio “.
ku sedang duduk aja sambil tenangin diri yang selama ini ku alami”. Kamu anak bahasa yah ”imbuh gadis itu, seakan mencoba ingin berkenalan dengannya”. Emang kamu tahu dari mana akan keberadaan ku ini, padahal ku tak tahu siapa namamu ”ungkap Rio”.
Ketika hari mulai siang, siswa dan siswi SMA Tunas Harapan senantiasa selalu ribut. Disaat itu pula berkenaan dengan hari dimana para guru-guru selalu duduk diruang guru, tapi alangkah tergejutnya Rio, perasaan itu langsung muncul ketika gadis yang tadi tidak sengaja berpapasan dan menyapa dia sambil melambaikan tangannya, perkenalkan nama saya Indah anak kelas XII (Ilmu Alam), aku Rio anak XII (Ilmu Sosial), kenapa kamu dari pertama kita ketemu bermuram durja selalu ”tandas indah”, maklum saya bukan siapa-siap dan masuk SMA ini juga saya sudah bersyukur dengan mendapatkan beasiswa “Jawab Rio”.
Kenapa kamu berkata begitu terus, padahal kamu kan orangnya tidak neko-neko dan serasa enak kalau diajak bicara dan bercanda, ku tak seperti kebanyakan orang lain yang selalu memandang remeh orang yang tak punya, asal kamu tahu itu “ ucap Indah “.
Seringkali ku sendiri tak mampu untuk berbuat apa-apa, dan juga hanya lamunan yang bisa kulakukan semata, tanpa sadar dan bimbang seolah tak menentu perasaan yang kini membabi buta hatiku senantiasa menjadikan ku tak sanggup untuk memulai semuanya, hanya rasa yang tergores dalam jiwa yang mampu menjawab keraguan-keraguan yang sesakkan dada ” jawab Rio ”.
Akhirnya tanpa ragu-ragu Rio berhasil membuka diri untuk berbicara sama cewek yang baru dikenalnya itu, dan Rio juga berhasil mematahkan pemikiran-pemikiran yang kolot yang tak mau berbicara dengan cewek-cewek SMA Tunas Harapan tersebut, dalam benaknya bahwa semua cewek yang berada di SMA ini semuanya memandang remeh dirinya, tapi lambat laun pemikiran itu hilang dan dia sekarang lebih terbuka sama semua murid yang berseragam SMA Tunas Harapan.
Ketika lonceng berbunyi seakan menandakan jam istirahat yang sudah habis, pergantian mata pelajaran baru seolah membuat anak-anak antusias memasuki kelas , para Siswa/i melangkahkan kakinya dengan terburu-buru, tidak halnya dengan Rio, ia memasuki kelasnya dengan rasa bangga serta binar mata yang selalu redup sekarang menjadi berseri-seri.
Ketika murid-murid di kelas XII(Ilmu sosial)yang dimana merupakan kelas yang ditempati sama Rio selalu berisik dan senantiasa gaduh, sampai-sampai terdengar ke luar kelas, tiba-tiba terdengar langkah kaki sepatu yang akan memasuki ruangan kelas, sosok wanita yang muncul dari balik pintu kelas tersebut membuat mereka seketika langsung diam dengan rutinitas apa yang mereka lakukan.
Guru yang kemudian diketahui bernama Ibu Anita yang memberi pembelajaran tentang materi Sosiologi itu selalu membuat para Siswa/i dan teman-teman Rio merasa segan padanya, Sifat yang Ibu Anita itu yang membuat mereka tidak bisa tenang dekat-dekat dengan Guru itu terlalu lama. Tapi tidak dengan Rio ia selalu memperlakukan dirinya selalu special dalam semua materi pembelajaran, itu yang membuatnya selalu santai dalam menghadapi semua tingkah karakteristik dari sifat semua guru-gurunya itu.

Sewaktu Ibu Anita memberi pengarahan tentang materi pengendalian sosial, tiba-tiba handphone nya beliau berdering kemudian lansung saja diangkat, “maaf anak-anak Ibu keluar dulu mau angkat telepon”, silahkan saja kalian terusin dulu belajarnya dan kerjakan soal-soal yang ada di buku panduan, kalau waktunya pulang langsung saja pulang jangan tunggu Ibu, kayaknya Ibu mau ada rapat sama guru-guru lainnya “ ucap Ibu Anita “.
Iya Ibuuuuuu……………..” jawab semua murid “.
Seketika Ibu Anita meninggalkan ruang kelas XII (Ilmu sosial ), tiba-tiba 5 menit kemudian anak-anak berhamburan keluar sambil membawa tas. “Hey….Teman-teman”, belum waktunya pulang sudah pulang, lagian kita kan dikasih tugas sama Ibu Anita yang mesti harus dikerjakan “ jawab Rio sambil mencoba mengingatkan teman-temanya tersebut”.
Aduh Rio, jangan terlalu ikut campur sama kita-kita ini, ingat kau ini hanya cowok yang beruntung bisa bersekolah di SMA Tunas Harapan yang bertaraf internasional dengan mengandalkan otak dan beasiswamu itu, ”ucap Ani”.
Maaf teman-teman, aku hanya sekedar mengingatkan saja gak kebih ko!!, emang sekolah juga ku sudah beruntung apa lagi sekolah yang mempunyai nama sekelas SMA Tunas Harapan dengan tidak membayar apa pun juga, gak seperti kalian yang Orang tuanya bisa dibilang sangat mampu menyekolahkan di SMA ini, tapi ingat kalian ini gak kasian apa sama kedua orang tua kalian yang mahal-mahal menyekolakan dengan menelan biaya yang mungkin kalau saja saya bayar tak kan pernah terbayar, meskipun kerja selama berpuluh-puluh tahun lamanya, maka dari itu kalian harus sungguh-sungguh menuntut ilmu dan buat orang tua kalian senantiasa bangga, “ucap Rio”.
Kemudian semua murid diam seribu bahasa begitu pula dengan Ani yang tadi menghinanya itu, dan tanpa terasa murid-murid yang ada di kelas XII(Ilmu sosial) sampai meneteskan air mata sebagai ungkapan kesalahan yang selama ini diperbuat pada orang tua masing-masing, terima kasih Rio kau telah membukakan mata hati kami ini, kami melakukan ini semua karena yang tak kuasa melihat percecokan antara kedua orang tua kita, sampai ada juga yang menimpa teman kita dengan Ayahnya yang selalu tak pulang, padahal kita ini kan masih butuh mereka semua, “ jawab Ani”.
Coba kalian pikirkan dengan kepala dingin, kalau Orang tua kalian tidak perduli kenapa mereka sekalian susah-susah menyekolahkan dengan mengeluarkan biaya yang tak sedikit sama kalian semua, harusnya kalian semua ini jangan diam saja coba kalau ada kedua Orang tua kalian bicaralah keluh kesah yang selama ini ada dipikiran kalian, sapa tahu saja mereka bisa perhatian lagi, “ucap Rio”.
Kemudian tanpa terasa tanda bel telah berbunyi menandakan akhir pelajaran telah usai, dan sekarang semua murid-murid berhamburan keluar meninggalkan sekolahannya untuk pulang ke rumah masing-masing. Tapi berbeda dengan ruangan XII(Ilmu sosial) yang ditempati Rio beserta teman-temannya, karena semua teman Rio sekarang telah menjadi teman baginya dan berjanji akan selalu jadi yang terbaik terutama sam kedua Orang tua.
Akhirnya Rio menghela nafas dengan lega, karena sekarang ku telah dapat pengakuan terutama dari teman sekelasnya tersebut, sampai-sampai pulang juga mereka bersama-sama, semua murid kaget melihat kedekatan Rio dengan teman sekelasnya, di depan gerbang sekolah telah berdiri Anita dengan wajah kaget sambil melambaikan tangan kearahnya, Hey….Rio,kenapa sekarang temanmu lebih interest sama kamu, padahal kalian kan tak pernah akur,” ucap Anita”.
Yah, kuncinya senantiasa sabar kalau menghadapi orang yang mempunyai watak keras dan egoistis, hebat sekarang kamu ini, telah menakhlukan hati teman-teman sekelas mu itu, aku salut sama pendirian yang kamu miliki, alangkah bahagianya kalau kelak ku sapat cowok seperti kamu ”ucap Anita “.
Aduh,,,mana mungkin cewek sehebat kamu suka sama cowok yang seperti aku ini yang tak punya apa-apa, berdiri juga harus terseok-seok dalam menjalani pahitnya hidup ”ungkap rio”. yang buat ku suka sifat rendah hatimu yang kamu miliki itu bikin ku gregetan ”timbal Anita”.
Rio, ku pulang duluan yah, soalnya gak enak ditunggu sama sopir ku dan juga mamah sms terus, apa kamu mau aku antar sampai ke rumahmu, oh…..sebelumnya saya ucapkan terima kasih sama kamu, tapi aku lebih baik pulang sendiri saja, sampai ketemu besok lagi yah! ”tandas Rio”.
Awan mendung menyelimuti sekolah SMA Tunas Harapan membuat perpisahan antara pemuda dan pumudi itu selalu berharga, dengan ketidak mampuanya membendung perasaan yang membuat Anita bimbang, gundah, seakan berharap bisa mendapatkan cinta Rio, meskipun berat rasanya untuk mendapatkan apa yang ku harapkan ”ungkap Anita dalam hati”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar