Jumat, 06 Mei 2011

Cerpen Remaja

Kegelisahan dan keterpurukan

Dalam benak kita sekalian, akankah semua ini tak lagi berpihak kepada Orang yang mempunyai latar belakang dari keluarga sederhana, ketika semuanya mempertanyakan seluk beluk keluarganya, Doni tak mampu bisa menjawabnya, seolah itu merupakan beban yang harus ia terima dengan lapang dada.
Pagi menjelang dengan hiruk pikuk seolah meradang, ketika seorang anak manusia terbangun dari tidur lelapnya dengan menatap matahari dengan kemurungan, itu merupakan tanda-tanda bahwa sisi ketidak puasan antara hidup yang semakin berat sedang berada dalam pikirannya.
Setiap kali langkah Doni semakin hari semakin tidak mampu menahan gejolak yang selalu membelenggunya, suatu ketika Doni akan pergi ke rumah sanak saudaranya yang terbilang jauh, dengan ditemani sepeda yang terbilang jadul serta rapuh, ia kayuh sepeda itu melewati sepanjang jalan yang ditumbuhi segala macam tanaman yang senantiasa menyambutnya.
ketika di pertigaan yang sepi menuju rumah keluarganya, tiba-tiba Doni melihat ada gadis yang cantik yang sedang lagi di kerumunin sama cowok-cowok yang dari tampangnya akan berbuat tidak senonoh padanya, tanpa pikir panjang Doni langsung turun dari sepedah bututnya, dan kemudian menolong gadis yang lagi tak berdaya tersebut. Ketika itu Doni terketuk dan mengepalkan tangannya untuk menghujamkan pukulan sekeras mungkin kearah Cowok yang tak punya perasaan. Seketika kemudian Cowok itu tergeletak di tanah, tanpa pikir panjang Doni langsung mengajak Cewek yang ia tolong pergi menumpangi sepeda butut miliknya.
Terima kasih banyak atas pertolonganmu,Oh,,yah,namaku Nisa.” Ujarnya” dengan segenap jiwa dan rasa yang ku miliki,ku mengucapkan terima kasih yang tak ada henti-hentinya padamu, sampai-sampai dengan begitu beraninya kau memukul cowok yang tadi mengganggu aku, padahal kalau kamu tahu ia siapa pasti kamu tak kan menolongku, sebelumnya ku perihatin dan ingin secara tulus membantumu, ku hanya takut sama yang menciptakan aku dan juga kalau aku salah ,namaku Doni…anak dari kampung sebelah, yang tidak sengaja melihat cewek yang dengan tidak berdaya digangguin sama Orang,”ujar Doni”. Sungguh tulusnya hati mu Don,, kamu orang yang baru kenal dan belum pernah ku temui, tapi hatimu seputih salju dan sebening embun.
Uch…….. kamu terlalu berlebihan menilai ku Nisa, padahal kamu kan tak tahu sebenarnya aku, sudahlah Doni kamu jangan merendah gitu, yang penting hari ini kamu telah menjauhkan ku dari berandalan dan anak dari juragan tanah yang paling kaya di kampung ku ini,”ucap Nisa”.
Ya sudah, turunkan saja ku disini ”jawab Nisa”, apa kamu mau turun dulu lagi pula kayaknya kamu kecapean kebetulan sudah berada di depan rumahku, Oh ,nanti saja kapan-kapan saja,apa lagi kan saya disuruh Ibu buat ke Rumah Saudara, Takut pulangnya ke maleman” jawab Doni”. Seketika itu Doni langsung meninggalkan Rumah Nisa yang mewah dan tidak lupa berpamitan padanya.
Seketika mungkin Doni merasa telah merasakan ada akan kayak getaran-getaran yang menyelimutinya, tanpa ia sadari bahwa perasaan itu senantiasa muncul dalam pikirannya, tapi apa pantaskah Cowok yang dengan latar belakang kayak ku ini bisa mendapatkan sesosok cewek yang sudah baru ku bantu yang dari keluarga kaya raya, “Kata Doni dalam hati”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar